Oleh: Muhammad
Editya Perdana*
1. Pengertian dan Sejarah
Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau
semboyan Indonesia.Frasa
ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali
diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Diterjemahkan
per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau
berbeda-beda. Kata neka berarti "macam" dan menjadi pembentuk
kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti
"satu".Kata ika berarti "itu". Dan secara harfiah
Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna
meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu
kesatuan.Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan
Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam
budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Bhineka tunggal
ika merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa
Kuna yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa
kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14.
Munandar (2004:24) dalam Tjahjopurnomo S.J. mengungkapkan bahwa
sumpah palapa secara esensial, isinya mengandung makna tentang upaya untuk
mempersatukan Nusantara. Kemudian dilanjutkan dengan adanya Sumpah Pemuda yang
tidak kalah penting dalam sejarah perkembangan pembentukan Jati Diri Bangsa
ini. Sumpah Pemuda secara historis merupakan rangkaian kesinambungan dari
Sumpah Palapa yang terkenal itu, karena pada intinya berkenaan dengan
persatuan, dan hal ini disadari oleh para pemuda yang mengucapkan ikrar
tersebut, setelah Sumpah Palapa.Para pemuda pada waktu itu dengan tidak
memperhatikan latar kesukuannya dan budaya sukunya berkemauan dan
berkesungguhan hati merasa memiliki bangsa yang satu, bangsa Indonesia.Ini
menandakan bukti tentang kearifan para pemuda pada waktu itu.Dengan
dikumandangkannya Sumpah Pemuda, maka sudah tidak ada lagi ide kesukuan atau
ide kepulauan, atau ide propinsialisme atau ide federaslisme.Daerah-daerah
adalah bagian yang tidak bisa dipisah-pisahkan dari satu tubuh, yaitu tanah Air
Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia.Sumpah Pemuda adalah ide
kebangsaan Indonesia yang bulat dan bersatu,
Pada saat kemerdekaan diproklamirkan, 17 Agustus 1945 yang
didengungkan oleh Soekarno-Hatta, kebutuhan akan kesatuan dan persatuan bangsa
Indonesia tampil mengemuka dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
sebagai dasar Negara RI. Sejak waktu itu, Sumpah Palapa dirasakan eksistensi
dan perananya untuk menjaga kesinambungan sejarah bangsa Indonesia yang utuh
dan menyeluruh. Seandainya tidak ada Sumpah Palapa, NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) akan dikoyak-koyak sendiri oleh suku-suku bangsa Nusantara
yang merasa dirinya bisa memisahkan diri dengan pemahaman federalisme dan kedaerahan
yang berlebihan. Gagasan-gagasan memisahkan diri sungguh merupakan gagasan dari
orang-orang yang tidak tahu diri dan tidak mengerti sejarah bangsanya, bahkan
tidak tahu tentang “jantraning alam” (putaran
zaman) Indonesia.
Bhineka Tunggal Ika menggambarkan kesatuan geopolitik dan geobudaya
yang terpancar dari Sabang sampai Merauke. Di mana terdapat berbagai macam
agama , ide , ideologis , suku bangsa , dan bahasa. Dari keberagaman ini muncul
suatu pengertian bahwa ke-Indonesia-an memang mulai dari adanya keberagaman. Pondasi
dasar kebudayaan Indonesia mempunyai sifat akulturatif , integrative , adaptif
, kreatif , dan harmonis yang dinamis dalam menerima unsur-unsur budaya asing
menyaring dan menyerap akan hal-hal yang dapat memperkaya munculnya
anasir-anasir ke-Indonesia-an. Dasar Bhineka Tunggal Ika merupakan unsure yang
sangat fundamental dan ia merupakan culture intelegent yang dapat dijadikan
bingkai dasar untuk merajut kembali goyahnya jadi diri kebudayaan bangsa.
2.
Penyebab Lunturnya Bhineka Tunggal ika
1.
Diskriminasi
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam
masyarakat, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan
yang lain, ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik
suku, antar golongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik,
kondisi fisik atau karakteristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan
diskriminasi. ada masa dimana terjadi diskriminasi ras-etnik di negeri
ini.Dalam praktik, pemenuhan hak-hak sipil yang merupakan bagian masyarakat
ditandai dengan etnis keturunan Tionghoa, bahkan sampai detik inipun masih
terjadi diskriminasi.
Diskriminasi
terhadap kaum minoritas di Indonesia masih merupakan masalah aktual. Hal ini
seharusnya tidak terjadi lagi, karena dalam masa reformasi ini telah diadakan
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, serta oleh pemerintahpemerintah
sejak masa Presiden Habibie, Gus Dur, hingga Megawati telah dikeluarkan
beberapa Inpres yang menghapuskan peraturan-peraturan pemerintah sebelumnya
khususnya ORDE BARU yang bersifat diskriminatif terhadap kebudayaan minoritas,
dalam arti adat istiadat, agama dari beberapa suku bangsa minoritas di tanah
air. Mengapa hal demikian dapat terjadi terus, seakan-akan rakyat kita sudah
tak patuh lagi dengan hukum yang berlaku di negara kita.Untuk menjawab ini,
tidak mudah karena penyebabnya cukup rumit, sehingga harus ditinjau dari
beberapa unsur kebudayaan, seperti politik dan ekonomi.Dan juga psikologi dan
folklornya.
2.
Primordialisme
Adalah
sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak
lahir, baik mengenai tradisi, adat istiadat, kepercayaan maupun segala sesuatu
yang ada didalam lingkungan pertamanya. Di satu sisi primordial memiliki fungsi
untuk melestarikan budaya kelompoknya, namun disisi lain sikap ini dapat
membuat individu/kelompok memiliki sikap etnosentrisme, “yaitu suatu sikap yang
cenderung bersifat subjektif dalam memandang budaya orang lain dari kaca mata
budayanya”.
3.
Konflik
Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi.perbedaan-perbedaan tersebut
diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat
istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam
setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.Konflik sangat bertentangan dengan integrasi,Konflik dan Integrasi berjalan
sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan
integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Faktor-faktor
penyebab konflik
·
Perbedaan individu, yang meliputi
perbedaan pendirian dan perasaan.
·
Perbedaan kepentingan antara individu
atau kelompok.
1. Egoisme
Merupakan
motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan
diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta
tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang
dianggap sebagai teman dekat.
2. Hambatan dari dalam
Di
Negara ini masih banyak yang berjuang atas nama agama,, suku, golongan, ras.
Masing-masing beranggapan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain, hal ini
yang menjadi kesalahan. Adanya perbedaan bukan dipandang sebagai sebuah
kekayaan bangsa yang seyogyanya dipertahankan dan dilestarikan, melainkan
dipandang sebagai suatu yang bias menyulut konflik berkelanjutan. Mengatasi
hambatan yang datangnya dari luar memang lebih mudah, sebab semua perbedaaan
bias segera dihilangkan untuk mengatasi hambatan tersebut. Lain halnya ketika
hambatan tersebut datangnya dari dalam, hambatan tersebut akan sulit
dihilangkan sebab masing-masing kelompok memiliki ego masing-masing. Apa yang
bias menghentikan ini adalah dengan kembali kepada Pancasila dan Bhineka
Tunggal Ika, mengimplementasikan secara serius dan total dalam segala aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara
Dan
berikut ini adalah beberapa contoh kasus dari lunturnya makna Bhineka Tunggal
Ika bagi masyarakat Indonesia:
·
Kerusuhan di
sambas, Kalimantan Barat, berawal dari februari 2001 dan berlangsung sepanjang
tahun itu di mana antara suku dayak dengan kelompok madura pendatang saling
serang, saling tikam, dan saling bunuh.
·
Rivalitas dan
konflik supporter sepak bola di Indonesia, antara The Jak & Viking,
Aremania & Bonek mania, Benteng Viola & Benteng mania serta Persik
mania & Aremania.
·
Kasus Mesuji di
Lampung.
·
Konflik Poso
pada tahun 2000 antara umat islam dan nasrani.
·
Kasus SARA di
Kabupaten Situbondo dan Karawang pada tahun 2006.
·
Dan tentu saja
masih jelas dalam ingatan kita adanya daerah-daerah yang ingin melepaskan diri
dari NKRI. Seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Republik Maluku Selatan (RMS),
dan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Padahal
dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika seharusnya masyarakat Indonesia bisa
bersatu dan menghambat semua konflik yang didasari atas kepentingan pribadi
maupun kelompok. Namun apa yang terjadi saat ini, makna Bhineka Tunggal Ika
seakan-akan tak pernah ada dan tak berarti lagi. Banyak sekali generasi muda yang hanya mempelajari arti Bhineka Tunggal
namun dalam kehidupan sehari-hari tak menerapkannya. Hal tersebut sangat
disayangkan. Kalau yang muda sudah seperti itu bagaimana kehidupan mendatang
dan siapa yang akan meneruskan persatuan yang telah ada cuy?
-
Bang
Adam: Seberapa besar pengaruh genosida dalam masalah kebhinekaan itu, serta
apakah setelah terjadi perdamaian antara 2 kubu yang sedang konflik tidak akan
terjadi konflik selanjutnya? Kata genosida sebenarnya kurang tepat apabila
menyingkapi permasalahan kebhinekaan yang terjadi di Indonesia, sebab genosida
adalah pembataian atau pemusnahan besar-besaran suatu kelompok terhadap
kelompok yang lain secara sistematis untuk menyingkirkan kelompok itu, yang
lebih tepat adalah konflik itu sendiri. Dan apabila kedua kubu yang telah
berdamai pasti akan terjadi konflik-konflik berikutnya lagi sebab sebuah
kejadian penting yang terjadi pada masa itu akan diceritakan sacara terus
turun-temurun sehingga akan menjadi pencitraan yang akan menyulut konflik lagi
pada masa selanjutnya, serta ketidakpuasan/ego suatu kelompok yang telah di
rugikan dalam suatu konflik walaupun telah terjadi perdamaian namun akan
membuka lembaran baru konflik selanjutnya, jadi makna toleransi, prulalisme,
dan tenggang rasa itu lah yang memang harus di junjung tinggi.
-
Sony:
Seberapa pentingnya sikap prulalisme dalam Bhineka Tunggal Ika? Prulalisme
sangat penting dalam menjawab permasalahan kebhinekaan yang terjadi, karena
dengan adanya suatu sikap prulalisme maka segala perbedaan itu akan
dihilangkan, jadi suatu individu/kelompok tidak akan menyatakan bahwa dirinya
lah yang paling benar dan kelompok lain yang salah, perbedaan itu diciptakan
agar kita bisa saling melengkapi kekurangan yang ada.
-
Bang
Aroy: Kapan sebenarnya puncak dari pencapaian Bhineka Tunggal Ika pada saat
itu? Dan apakah masyarakat telah menyingkapinya? Sebenarnya kebhinekaan itu
baru mencapai puncaknya pada 1 juni 1945 pada saat lahirnya pancasila, karena
pada waktu tidak ada lagi ide kedaerahan ataupun federaslisme
-
Hilman:
Di mana batas suatu ego untuk dikeluarkan? Sebenarnya kita bebas dalam
mengeluarkan suatu ego, namun ada kalanya ketika kebebasan kita itu
terikat/terhalang oleh kebebasan orang lain.
-
Bang
Hilmen: Fanatisme The Jak & Viking? Kenapa bisa terjadi? Saya sendiri tidak
begitu memahami konflik antara supporter sepak bola karena semua alasan mengapa
mereka melakukan konflik itu berbeda-beda versi antar kubu itu, namun fanatisme
dapat lahir akibat pengaruh dari kedaerahan, lingkungan sekitar, serta suatu
penilaian yang berlebihan.
-
Aditya:
Apakah pemerintah telah berperan dalam menerapkan keBhinekaan itu? Sebenarnya
sudah, namun yang terjadi dewasa ini adalah masyarakat enggan dan ogah dalam
mengimplementasikan kebhinekaan tersebut.
*Penulis adalah mahasiswa Manajemen semester 6
For more information
please follow @hilmanisme on Twitter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar