Kamis, 19 November 2015

Surat Untuk Ibu

Dimana aku bersandung tentang dukamu
Inilah laguku untukmu ibu
Sekedar pengharapanku agar kau tahu
Setulus kewajibanku sebagai seorang anak
Membingkai kenangan kita
Butiran-butiran kenangan perjalanan waktu
Waktu yang selalu kuingat dalam sentuhan wejanganmu
Diujung pintu rumah ku berlalu
Menahan pilu tentang kehilangan dirimu
Tapi jalan hidup adalah nuansa
Nuansa yang ingin kujawab dengan kebenaran yang sempurna
Ber-antah logika yang harus kuterima
Logika dari fakta konsekuensi ujung hati yang ingin bicara
Tentang fakta, tentang realita yang kutemukan bersama cinta empunya Syurga
Bahasa kasih sayang dari keharuman Madinah
Di setiap pertarungan sisi hati yang ingin menyapa hidayah
Hidayah dari sebuah permata
Yang membakar batas peradaban dunia

Sudahkah kau mau mengerti ? Tentang Ikhlasnya hatiku
Tentang Alloh dan kebenaranNya sentuhi ruang hatiku
Ku tak pernah bermaksud menyakitimu (ibu).
Tapi inilah jalan hidupku yang kupilih tanpa paksaan
Nurani yang memanggil jiwaku …

Salahkah aku bertanya tentang Trinitas
Atau tentang Tuhan yang kecewa kepada pohon Ara
Atau legenda sang Rasul pembohong di Antiokia
Lalu siapakah Lord dan pornografi incest dalam cerita Kejadian ?
Dan nabi seperti apakah yang telanjang di depan budak perempuan para hambanya
Seperti Apsalon yang menzinai gundik ayahnya, di depan mata seluruh Israel
Skematis rasis di pintu Samaria
Dan perempuan Kana’an yang teraskan anjing pramuria
Beri celah antara kerancuan dan kitab tercabul melebur zina
Bagi Tuhan yang bahkan masih bisa tertidur dan menangis ketakutan
Bacakanlah doktrin itu Ibu, Dogma tritunggal yang membohongi fakta
Hingga misteri laki-laki yang bersinar dari pegunungan Paran
Generasi cahaya Robbani dari revolusi suku Edar
Dan mimpi Yesaya atas kedatangan pasukan onta
Maka aku bersaksi Ibu, Diatas ketulusan hati ini
~ Bahwa tiada Tuhan selain Alloh, dan nabi Muhammad itu utusan Alloh ~

By : Thufail Al-Ghiffari

Sabtu, 07 November 2015

Rintik Hujan dan Secangkir Kopi Kehidupan.

Ciputat, 7 November 2015

Hari ini Ciputat akhirnya kembali merasakan sejuknya tetesan air hujan.
Rintik rintik hujan itu seakan mengisyaratkan bahwa Tuhan masih memberikan kasih sayangnya untuk kota kecil ini.

Ketika menyoal tentang hujan, terbesit di fikiranku ini tentang sebuah cerita, cerita yang akan mengajarkan kita tentang hidup, tentang hidup di dalam kehidupan, tentang menghidupi kehidupan dan tentang kehidupan itu sendiri.

Hidup tak selalu terasa manis, terkadang ada saatnya dimana engkau harus menikmati pahitnya hidup itu sendiri, Karena Seorang penyair pernah berkata, Setidaknya kita bisa belajar makna hidup dari secangkir Kopi, ada pahit dan manis bercampur menjadi satu yang membuatnya menjadi sempurna.

Sebenarnya banyak makna dari hal-hal kecil yang sering terlewatkan oleh kita,
Tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita menyadari bahwa kasih sayang Tuhan akan selalu ada untuk kita, entah itu dari rintik hujan, ataupun secangkir kopi kehidupan.

Senin, 21 September 2015

SELAMAT ULANG TAHUN HMI KAFEIS

22 september 2008 - 22 september 2015

Selamat Ulang Tahun Kafeisku..

7 tahun sudah komisariat ini berdiri, selama itu pula kita telah melewati suka duka, pahit manis di rumah kecil penuh makna ini.

7 tahun sudah Kafeis terus menjalankan roda perkaderan di FEB UIN JKT khususnya. 7 tahun bukanlah waktu yang singkat, meskipun tergolong komisariat yang masih seumur jagung di Cabang Ciputat, tetapi Kafeis mampu untuk bertahan, melahirkan kader-kader yang cinta seutuhnya kepada HMI.

Selamat ulang tahun Kafeis..

Do'a ku semoga 7 tahun yang telah dilalui ini menjadi pembelajaran bagi kita semua, agar kita tetap bisa menjaga nama baik Kafeis, agar kami tetap bisa menjadi Harapan negeri ini, dan agar kami tetap bisa melanjutkan cita-cita Para pendahulu kami untuk menjadi Insan yang diridhoi Allah SWT.
Yakin Usaha Sampai!!

Selamat Ulang Tahun Kafeis...

Selasa, 15 September 2015

SKENARIO KEHIDUPAN

Skenario Kehidupan

Terkadang, ketika kita dihadapkan kepada suatu hal yang mengharuskan kita memilih, Kita cenderung akan memilih mana yang terbaik bagi diri kita. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam hal ini, hanya saja terkadang kita lupa bahwa yang terbaik bagi kita itu belum tentu terbaik bagi orang lain.

Dalam hidup, tidak jarang kita menemukan hal-hal yang membuat kita terkekang, terbebani dan bahkan menjadikan kita seperti tidak mempuyai pilihan. Tetapi hal ini yang nantinya akan menjadi sebuah jembatan bagi kita untuk menilai seberapa dewasakah diri kita.

Berbicara soal kedewasaan, itu tidak dapat kita ukur dari berapa tuakah umur kita, tetapi kedewasaan yang sesungguhnya akan didapat melalui pengalaman hidup yang kita jalani.
Banyak orang yang berkata bahwa hidup ini hanyalah sebuah panggung dimana kita melakukan sebuah peran yang mengharuskan kita mengikuti sebuah skenario yang telah ada. Skenario yang telah diciptakan untuk membawa kita mencapai akhir dari adegan di dalam panggung kehidupan ini.

Bagiku hidup ini memang sebuah scenario Tuhan, tetapi tidak semua dari scenario yang ada serta merta harus kita ikuti alurnya. Adakalanya scenario ini harus kita koreksi agar dapat menciptakan sebuah jalan cerita yang lebih menarik, dan pastinya dengan akhir cerita yang bahagia.
Berbicara soal kehidupan, manusia dalam kehidupannya memiliki jalan sendiri-sendiri untuk melakukan scenario hidupnya.

Untuk menjalaknan scenario tersebut, manusia tidak bisa terlepas dari scenario hidup orang lain disekitarnya.
Kunci untuk menjalankan scenario ini adalah dengan dengan mencoba memahami scenario hidup orang lain agar kita tahu dimana akan terjadi cerita yang sama dan bagian mana yang akan menjadi klimaks dari cerita yang akan kita jalani.

Cerita-cerita yang kita ciptakan dalam hidup ini nantinya akan menjadi sebuah film yang akan ditonton oleh orang lain ketika kita telah menyelesaikan scenario yang ada. Bagus atau tidaknya film yang telah kita ciptakan ini nantinya menjadi penilaian oleh orang-orang yang akan menontonnya.

Jadi, marilah kita jalankan scenario yang telah diciptakan oleh Tuhan. kita sunting bagian mana yang sekiranya perlu kita rubah dalam scenario tersebut., kita ciptakan sebuah film yang menarik dan memiliki cerita yang terbaik. Agar orang orang yang akan menonton film yang kita ciptakan ini dapat mengerti, dan mereka tahu bahwa film yang telah kita ciptakan itu adalah film terbaik bagi kita.

Ciputat, 16 september 2015

Rabu, 01 April 2015

Proses menuju Kedewasaan

Dalam hidup, tak jarang kita menemui kendala-kendala serta masalah yang seakan-akan membuat kita tak ingin lagi hidup di duina ini. Tetapi jika kita fikir dengan fikiran yang jernih, kendala dan masalah itulah sebenarnya yang akan membuat kita semakin Dewasa di dalam hidup ini.
Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah, adakalanya kita dihadapkan dalam posisi yang sangat pelik, antara harus mengorbankan satu hal demi terwujudnya hal lain, sala satunya adalah WAKTU.
Ya.. Waktu kita untuk menikmati hidup seperti orang lain akan tersita demi sebuah tugas keumatan. Ini hanya salah satu dari sekian ribu contoh apa yang harus dikorbankan oleh seorang pemimpin. Tetapi ingatlah.... Semua itu tak akan sia-sia, karna dibalik itu semua Allah SWT pasti telah mempersiapkan sebuah jalan untuk kita, jalan untuk menjadi orang besar, jalan untuk menemukan makna hidup yang sebenarnya, dan pastinya adalah jalan untuk menuju kepada-NYA. #RefleksiSeorangKader

Minggu, 15 Februari 2015

Tan Malaka Mendebat Bung Karno

Tan Malaka menginjakkan kakinya kembali di tanah air setelah Belanda menyerah kepada Jepang pada 1942. Meski sudah berada di tanah air, Tan tetap menggunakan nama samaran guna menghindari intel Jepang dan negara imperialis.

Salah satu tempat yang sempat ditinggali Tan Malaka saat awal-awal kedatangannya kembali ke tanah air adalah Bayah, Banten. Tan tiba di kota itu Juni 1943. Saat itu Tan harus bekerja karena uang di kantongnya telah menipis.

Sementara untuk meminta bantuan kepada kaum pergerakan kemerdekaan saat itu Tan belum berani. Sebab, begitu lamanya dia berada di luar negeri sebagai orang buangan membuatnya ‘buta’ pada peta perpolitikan dan pergerakan di tanah air. Tan tak tahu yang mana teman dan mana lawan yang berkoloni dengan Jepang.

Di Bayah, Banten, Tan bekerja di bagian administrasi sebagai juru tulis para romusha. Di kemudian hari Tan diangkat menjadi kepala. Selain bekerja, Tan juga memberi berbagai pendidikan kepada para romusha di kota itu. Dalam hatinya, Tan sedih atas nasib yang menimpa saudara sebangsanya itu.

Karenanya romusha Bayah, Banten, menjadi salah satu kisah yang tak terlupakan bagi Tan. Bayah juga menjadi tempat pertemuan Tan Malaka dengan Soekarno untuk kali pertama. Namun saat itu Bung Karno tak mengetahui orang itu adalah Tan Malaka tokoh yang pemikirannya banyak menjadi inspirasinya. Sebab, saat itu Tan menyamar dengan nama Ilyas Hussein.

Saat itu lokasi tempat kerja Tan Malaka mendapat kehormatan untuk dikunjungi oleh dua pemimpin besar yang saat itu namanya tengah bersinar dalam perjuangan rakyat Indonesia yakni Soekarno dan Moh Hatta. Berbagai persiapan pun dilakukan untuk menyambut keduanya.

Saat itu Tan mendapat tugas untuk menyambut Bung Karno dan Hatta di pintu gerbang dan mengantarkan ke ruang pertemuan. Tan juga ditugasi untuk membawakan makanan dan minuman kepada keduanya.

Dalam biografinya ‘Dari Penjara ke Penjara’ Tan Malaka awalnya gembira bisa bertemu dengan Bung Karno dan Hatta. Sampai-sampai ia dipinjami temannya kemeja dan dasi karena pakaian yang dimilikinya penuh dengan tambalan dan dirasa kurang layak untuk digunakan bertemu dua tokoh itu.

Setelah sampai di ruang pertemuan, Bung Karno dan Bung Hatta lantas menyampaikan pidatonya masing-masing. Namun, pidato itu rupanya tak memuaskan hati Tan Malaka.

“Pidato itu tak berapa bedanya dengan berlusin-lusin yang diucapkannya di rapat raksasa dan radio… Sari isinya ialah cocok dengan kehendak Jepang penjajah: ‘Kita mesti berbakti dulu kepada Jepang, saudara tua, yang sekarang berperang mati-matian menantang Sekutu yang jahanam itu. Setelah Sekutu kalah maka kita oleh ‘saudara tua’ akan diberi kemerdekaan…” kata Tan Malaka.

Usai keduanya berpidato, sang moderator Sukarjo Wiryopranoto, lantas membuka sesi tanya jawab. Peserta pertemuan diberi kesempatan untuk bertanya kepada Bung Karno dan Bung Hatta. Namun, pertanyaan dari beberapa peserta malah tak mendapat jawaban serius. Bahkan sang moderator sempat beberapa kali mengejek pertanyaan yang dilontarkan oleh para pekerja.

Tak terima atas hal itu, Tan Malaka yang saat itu tengah membawa makanan tiba-tiba langsung meletakkan nampan wadah untuk makanan. Dari posisi paling belakang peserta, Tan langsung mengajukan pertanyaan kepada Bung Karno.

“Kalau saya tiada salah bahwa kemenangan terakhir akan menjamin kemerdekaan Indonesia. Artinya itu kemenangan terakhir dahulu dan di belakangnya baru kemerdekaan Indonesia? Apakah tiada lebih cepat bahwa kemerdekaan Indonesia-lah kelak yang lebih menjamin kemenangan terakhir,” tanya Tan yang saat itu dikenal sebagai Ilyas Hussein.

Dengan sikap yang tak begitu mempedulikan, Bung Karno lantas berdiri dan memberi jawaban. Saat itu Bung Karno menjawab jika Indonesia diberikan kemerdekaan saat itu juga oleh Jepang, nantinya Indonesia akan terpaksa juga memperjuangkan kemerdekaan itu.

“Buktikanlah jasa kita lebih dahulu! Berhubung dengan banyaknya jasa kita itulah kelak Dai Nippon akan memberikan kemerdekaan kepada kita,” demikian jawaban Bung Karno.

Merasa tak sehaluan dengan pemikiran Bung Karno soal kemerdekaan, Tan Malaka lantas kembali berbicara. Tan sadar perlunya perjuangan meski misalnya saat itu juga Indonesia telah merdeka. Namun, perjuangan kemerdekaan akan lebih semangat dilakukan jika bukan didasarkan atas janji pemberian pihak lain, melainkan atas usaha sendiri.

Menurut Tan Malaka semangat untuk membela naik dengan adanya hak nyata yang sudah ada di tangan. Dengan ditetapkannya hari kemerdekaan Indonesia maka rakyat Indonesia akan berjuang mati-matian untuk membela dan mempertahankannya.

Usai Tan berhenti bicara, Bung Karno langsung berdiri sambil merapikan pakaian dan melihat kanan kiri. Seakan ingin menunjukkan siapa dirinya, Bung Karno lantas dengan lantang memberikan sebuah pernyataan yang intinya tetap pada pendiriannya.

“Kalau Dai Nippon sekarang juga memberikan kemerdekaan kepada saya, maka saya (Soekarno) tiada akan terima,” kata Bung Karno.

Tak puas dengan jawaban Bung Karno, Tan Malaka pun hendak kembali melontarkan pendapatnya. Namun keinginannya itu tak bisa terlaksana. Seorang pengawas pekerja melarangnya untuk kembali berbicara.

“Saya terpaksa tidak mengizinkan lagi tuan Hussein (Tan Malaka) untuk berbicara,” kata pengawas itu.

Perbedaan pemikiran antara Tan Malaka dengan Bung Karno itu kemudian berlanjut hingga setelah proklamasi kemerdekaan. Namun saat itu Tan Malaka sudah membuka identitasnya. Bung Karno kukuh dengan pendiriannya untuk melakukan perundingan dengan Belanda, sementara Tan Malaka tak setuju. Tan memiliki prinsip kemerdekaan harus diraih 100 persen.

Perundingan hanya bisa dilakukan jika Belanda dan sekutunya mengakui kemerdekaan Indonesia 100 persen dan menarik pasukannya dari wilayah Indonesia. Jika hal itu tak terjadi, kemerdekaan dapat diraih dengan cara perang dengan strategi gerilya.

(Sumber: Merdeka.com)

Rabu, 04 Februari 2015

Selamat Ulang Tahun Himpunanku

68 tahun yang lalu, dimana Kakanda Lafran Pane beserta kawan-kawannya menuangkan gagasan-gagasan serta ide-ide mereka sehingga sampai detik ini kita masih bisa merasakan betapa hangatnya Himpunan yang mereka lahirkan ini. 68 Tahun sudah Himpunan ini melewati berbagai zaman, mencoba tetap bertahan dalam dinamika-dinamika yang terjadi. Tak jarang Himpunanku ini menuai kritik dan celaan serta caci maki, tetapi dengan Bersyukur dan Ikhlas serta Berdo'a dan Ikrar Himpunanku ini mampu menjawab caci makian itu semua.

Sering kali aku mendengar sebuah kalimat "Jangan pikirkan apa yang bisa HMI berikan kepadamu, tetapi pikirkan apa yang kamu bisa berikan untuk HMI". Ternyata benar, HMI ku ini hanyalah sebuah lambang yang tidak bisa bergerak,kaku dan mati. Tetapi Karena perjuangan dan semangat kader-kadernyalah Himpunan ini masih tetap bertahan sampai detik ini.

Selamat ulang tahun Himpunanku, Do'a ku semoga 68 tahun yang telah dilalui ini menjadi pembelajaran bagi kami semua, agar kami tetap bisa menjaga nama baikmu, agar kami tetap bisa menjadi Harapan negeri ini, dan agar kami tetap bisa melanjutkan cita-cita Para pendahulu kami untuk menjadi Insan yang diridhoi Allah SWT.
Yakin Usaha Sampai!!

Selamat Ulang Tahun Himpunanku