Foto : Istimewa |
Minggu, 11 Juni 2023
Tersesat Di Jalan Yang Benar
Sabtu, 03 Juni 2023
Tinta yang sempat Terputus : Titik Nol
Foto : Istimewa |
Sabtu, 12 Agustus 2017
9 Alat Manual Brew yang harus kamu ketahui
Foto : Istimewa |
Ketahui jenis dan dasar dari penggunaan masing-masing alat dengan menyimak uraian di bawah ini.
Selasa, 13 Juni 2017
Soekarno & Secangkir Kopi
Bandung, akhir Juni 1921. Kota indah dengan benih-benih nasionalisme yang mulai bersemi. Soekarno muda tiba dari Surabaya. Datang untuk menjadi mahasiswa di Technische Hoogeschool te Bandoeng.
.
Tapi dunia pergerakan lebih menarik minat Soekarno muda daripada teori di bangku kuliah. Dengan cepat dia menjadi salah satu orator handal yang dikenal karena pidato-pidato yang membakar soal kebangsaan.
.
Di Bandung pula Soekarno menemukan gairah dan cinta pada ibu kosnya sendiri, Inggit Garnasih.
.
Cinta menemukan jalannya, Soekarno menikahi Inggit yang lebih tua 13 tahun. Saat itu Soekarno baru berusia 20 tahun sementara Inggit 33 tahun. Dengan setia Inggit mendampingi Soekarno. Rumah Inggit di Jalan Ciateul Bandung menjadi pusat pergerakan kaum nasionalis kala itu.
.
Inggit segera paham kebiasaan suaminya. Sampai-sampai dia tahu kapan harus menyediakan kopi dan panganan bagi para nasionalis muda itu. Saat debat pada puncaknya. Saat mereka mulai menggebrak meja dan seolah-olah ingin adu tinju. Maka Inggit akan muncul dengan nampan berisi gelas-gelas kopi. Perdebatan para politikus ini berhenti sesaat untuk menikmati secangkir kopi panas. Inggit pun tersenyum lega.
.
Soekarno sangat menyukai kopi tubruk yang hitam pekat. Sebuah kegembiraan jika seorang kawan yang punya uang lebih mentraktirnya minum kopi dan makan peyeum, makanan khas Bandung yang terbuat dari singkong.
.
Secangkir kopi tubruk sering menemani sang proklamator dalam menulis pidato yg membakar jiwa. Istilah Pancasila pun diperkenalkan oleh Sukarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945
.
Setelah Indonesia merdeka, Soekarno tetap rajin ngopi. Pada pagi hari Soekarno selalu minum kopi. Untuk makannya, hanya roti yang diolesi sedikit mentega dan gula
.
Suasana penuh canda tawa selalu terjadi di Istana setiap pagi. Tak ada batas antara Presiden dan para bawahannya. Kadang waktu minum kopi pagi ini juga dimanfaatkan Soekarno untuk berdiskusi dengan para menteri dan pejabat mendiskusikan masalah negara.
.
Selamat Hari Kelahiran Pancasila.
.
sumber : @genesiscoffee
Sabtu, 18 Juni 2016
Menggugah Perjuangan Perempuan*
Sejarah perjuangan perempuan melawan kolonialisme sangat minim diketahui oleh masyarakat Indonesia. Kebanyakan masyarakat mengenal pejuang-pejuang mereka melawan penjajah hanya dari kalangan laki-laki atau organisasi yang digerakkan oleh laki-laki semata. Padahal perempuan juga memberi andil besar mengantarkan perjuangan Indonesia menuju gerbang kemerdekaan.
Menurut Suryochondro di dalam bukunya Perkembangan Gerakan Wanita di Indonesia (2000), organisasi perempuan pertama di Indonesia adalah Poetri Mardika. Kelahiran organisasi perempuan ini tak lepas dari peran Budi Oetomo, yang memang tidak bisa dipisahkan dari gerakan nasional bahkan internasional yang memperjuangkan emansipasi, nasionalisme dan kolonialisme. Setelah itu muncullah berbagai organisasi perempuan seperti Jong Java Maniskering, Young Javanese Girls Circle, Wanita Oetomo, Aisyiah, Poetri Indonesia, Wanito Muljo, Jong Islamieten Bond dan lain-lain.
Pada masa itu, gerakan perempuan nasionalis ini bersatu membasmi ketidakadilan dari sistem kolonial sekaligus memperjuangkan hak-hak perempuan dan kesejajaran. Maka tak heran jika nama-nama pejuang perempuan besar tanah air itu dikenang dan menjadi sosok teladan untuk generasi saat ini, seperti Cut Nya Dien dan Cut Meutia dari Aceh, Martha Crhistina Tiahahu dari dari Maluku, dan Nyai Ageng Serang dari Jawa Tengah serta berbagai pejuang perempuan lainnya. Sayangnya, sejarah nasional kita kurang adil dalam menyingkap fakta perjuangan kalangan perempuan di kalangan masyarakat. Sehingga yang dipahami masyarakat hanyalah perjuangan laki-laki semata.
Perjuangan perempuan di masa kemerdekaan ini lebih sulit dari masa penjajahan. Di jaman kolonialisme, semua bahu-membahu melawan penjajah. Musuh yang dihadapi sangat nyata di depan mata, penjajah !. Akan tetapi setelah kemerdekaan, perjuangan kaum perempuan beralih kepada perjuangan kesamaan politik, hak memperoleh pendidikan dan kesempatan kerja. Akan tetapi, perjuangan-perjuangan ini harus berhadapan dengan kasus-kasus diskriminasi dan pembagian peran yang tidak adil antara laki-laki dan perempuan.
Misalkan dalam ranah politik, masih teringat jelas di benak kita bagaimana pada tahun 1999 terdapat wacana pemimpin perempuan. Akan tetapi para politisi menggunakan nalar dan argumentasi agama untuk mendelegitimasi perempuan di kancah politik. Mereka menganggap perempuan tidak berhak menjadi pemimpin. Padahala langkah itu semata-mata untuk mengganjal politik Megawati untuk menjadi Presiden. Hal ini bisa dibuktikan ketika kemudian hampir seluruh politisi tidak mempersoalkan Megawati untuk menggantikan kepemimpinan Gus Dur. Artinya, kepentingan politik juga mengarah pada diskriminasi terhadap perempuan.
Dalam ranah legislatif, memang sudah terdapat UU perihal keharusan 30% partisipasi perempuan di wakil rakyat. Akan tetapi, kuota ini sangat sulit terpenuhi. Banyak di kalangan partai politik sulit memenuhi kuota tersebut karena di satu sisi jumlah tokoh politik perempuan mungkin masih terbatas, tetapi di sisi yang lain banyak dari kalangan politisi laki-laki yang kurang bersemangat untuk memenuhi kuota tersebut. Toh jika pun ada, mereka hanya mengakomodir kalangan perempuan yang memiliki pengaruh dan masa yang besar, tanpa mempertimbangan hak-hak perempuan dengan kepemimpinan yang baik dan integritas yang teruji.
Begitu juga dalam berbagai bidang-bidang lain. Diskriminasi terhadap perempuan masih banyak terjadi, sebagaimana pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan, pelecehan seksual lainnya, perdagangan perempuan, diskriminasi di tempat kerja dan banyak kasus lainnya. Untuk itu masalah pemberdayaan perempuan atau persoalan bagaimana perempuan diletakkan dalam kehidupan bernegara sangat penting untuk terus diperjuangkan, mengingat masih banyak persoalan tentang perempuan belum bisa diatasi.
Perempuan sebagaimana juga laki-laki merupakan warga negara dengan hak-hak kewarganegaraan yang sama. Oleh karena itu, tidak boleh ada diskriminalisasi hanya karena perbedaan jenis kelamin, sebagaimana juga tidak dibenarkan diskriminasi terhadap perbedaan agama, suku, bahasa, kelas ekonomi, ras, dan lain-lain, karena hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia secra universal.
Perjuangan tersebut harus diletakkan dalam keadilan sosial yang lebih luas, yakni membebaskan manusia dari berbagai bentuk diskriminasi. Permasalahan dan diskriminasi terhadap perempuan saat ini bukan hanya permasalahan yang harus diperjuangkann oleh perempuan semata, tetapi ini menjadi permasalahan bersama, baik laki-laki maupun perempuan. Masyarakat yang berkeadilan gender tidak hanya akan menguntungkan perempuan, tetapi juga laki-laki, karena majunya perempuan akan memberi dampak kemajuan bagi seluruh masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan.
Apatisme Mahasiswi
Sayangnya, berbagai persoalan ini justru tidak mendapatkan kesadaran serius di kalangan perempuan sendiri. Harus diakui, sikap apatisme mahasiswi terhadap politik, pendidikan, budaya dan sosial kemasyarakatan masih menjadi penyakit yang akut. Sebagai kader intelektual perempuan, banyak kalangan mahasiswi yang acuh terhadap kondisi bangsa dan negara serta lingkungan sekitar. Sikap rendah diri, masa bodoh, dan penakut merupakan suatu bentuk tindakan yang masih membayangi mahasiswi. Sikap itu tidak seharusnya ada pada diri setiap perempuan. Sifat-sifat kerendahan itu harus dilenyapkan. Atas dasar tanggung jawab terhadap bangsa dan agama, maka partisipasi perempuan di dalam ranah publik merupakan sebuah kemutlakan.
Perempuan mempunyai hak-hak dalam kehidupan meliputi segala aspek kehidupan baik dalam ranah politik, sosial, ekonomi, maupun kebudayaan. Hak-hak ini merupakan tuntutan nurani yang mendorong manusia untuk berkeinginan, berkehendak dan berbuat sebagai realisasi dan manifestasi ajaran-ajaran Islam. Naifnya, mahasiswi saat ini justru memilih untuk menghabiskan waktu pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Mereka sibuk dengan gadget, tren sosial, penampilan ataupun gaya hidup yang semakin tinggi. Ujungnya, hanya mengahasilkan konsumerisme, hedonisme dan apatisme sosial. Jangankan melanjutkan perjuangan perempuan, mengetahui dan memahami saja tidak pernah, apalagi peka terhadap politik, ekonomi, dan sosial.
Harus pula dipahami, masih sangat minim usaha-usaha konkrit mahasiswi ke dalam partisipasi publik yang meliputi bidang-bidang organisasi, administrasi, latihan-latihan kepemimpinan, pendidikan dan pengajaran, kebudayaan, dakwah maupun dalam berbagai bentuk sosial kemasyarakatan lain. Padahal hal ini menyangkut peri hidup perempuan dalam hubungannya dengan pengabdian terhadap masyarakat. Adapun pengabdian merupakan salah satu dari bagian Tri Dharma perguruan tinggi. Jika pengabdian diiringi dengan niat yang ikhlas dan sebuah bentuk ketaatan terhadap perintah Tuhan, maka akan melahirkan sebuah amal ibadah mulia.
Sebagai mahasiswi dan anggota masyarakat, perempuan harus berpartisipasi dalam ranah politik, ekonomi, kebudayaan maupun kehidupan sosial masyarakat. Karena itu semua merupakan manifesto antara ilmu dan amal, antara teori dan perbuatan. Sebuah bentuk konkrit penyatuan antar kata dan tindakan kepada masyarakat selagi tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama. Dikotomi antar mahasiswi dan sosial masyarakat mutlak harus ditolak.
*(Syarifaeni Fahdiah ; Ketua Umum Kohati Cabang Ciputat)
Kamis, 16 Juni 2016
Ajari Aku Tuhan
Banyak cara Tuhan untuk mengasihi kita sebagai umatnya. dengan memberikan kita kecukupan, memberikan kita kekurangan, memberikan kita arti kehidupan serta memberikan kita rasa cinta.
ya....
Terkadang kita yang terlalu egois dengan diri kita sendiri. Egois dengan apa kehendak kita yang harus terpenuhi, egois dengan semua keinginan yang tak ada habisnya, sampai sampai kita lupa bahwa semua yang telah kita miliki saat ini adalah dari-NYA.
Tuhan memberikan kita rasa kasih, agar kita selalu mengingat-Nya. Tuhan memberikan kita kecukupan agar kita selalu bersyukur kepada-Nya, dan Tuhan memberikan kita rasa Cinta agar kita senantiasa mencintai-Nya.
Banyak cara kita untuk mencintai-Nya, mungkin dengan bersyukur, mungkin dengan menjalankan perintah-Nya, atau mungkin juga dengan Mencintai serta mengagumi ciptaan-Nya.
Banyak dari kita yang lupa bahwa Cinta sejati itu adalah milik-Nya, Cinta yang Haqiqi itu hanyalah kepada-Nya. Semua yang kita Cintai haruslah di dasari oleh kecintaan kita kepada-Nya.
Begitu juga dengan Rasa Cinta kita kepada manusia, Cinta yang harus didasari oleh Kecintaan kita kepada-Nya, tetapi mungkin dalam setiap rasa cinta itu, ada sisi-sisi kemanusiaan seorang manusia yang jauh dari kata sempurna.
Yang harus selalu kita yakini bahwa Cinta itu akan sempurna bila rasa cinta kita kepada manusia, selalu didasari oleh Kecintaan kepada-Nya.
Tuhan..
ajari aku untuk selalu Istiqomah dijalan-Mu, Ingatkan aku ketika aku telah jauh dari jalan-mu, dan bimbinglah aku untuk selalu mencintai ciptaan-mu karena Rasa cintaku Pada-Mu.
~V
Kamis, 19 November 2015
Surat Untuk Ibu
Dimana aku bersandung tentang dukamu
Inilah laguku untukmu ibu
Sekedar pengharapanku agar kau tahu
Setulus kewajibanku sebagai seorang anak
Membingkai kenangan kita
Butiran-butiran kenangan perjalanan waktu
Waktu yang selalu kuingat dalam sentuhan wejanganmu
Diujung pintu rumah ku berlalu
Menahan pilu tentang kehilangan dirimu
Tapi jalan hidup adalah nuansa
Nuansa yang ingin kujawab dengan kebenaran yang sempurna
Ber-antah logika yang harus kuterima
Logika dari fakta konsekuensi ujung hati yang ingin bicara
Tentang fakta, tentang realita yang kutemukan bersama cinta empunya Syurga
Bahasa kasih sayang dari keharuman Madinah
Di setiap pertarungan sisi hati yang ingin menyapa hidayah
Hidayah dari sebuah permata
Yang membakar batas peradaban dunia
Sudahkah kau mau mengerti ? Tentang Ikhlasnya hatiku
Tentang Alloh dan kebenaranNya sentuhi ruang hatiku
Ku tak pernah bermaksud menyakitimu (ibu).
Tapi inilah jalan hidupku yang kupilih tanpa paksaan
Nurani yang memanggil jiwaku …
Salahkah aku bertanya tentang Trinitas
Atau tentang Tuhan yang kecewa kepada pohon Ara
Atau legenda sang Rasul pembohong di Antiokia
Lalu siapakah Lord dan pornografi incest dalam cerita Kejadian ?
Dan nabi seperti apakah yang telanjang di depan budak perempuan para hambanya
Seperti Apsalon yang menzinai gundik ayahnya, di depan mata seluruh Israel
Skematis rasis di pintu Samaria
Dan perempuan Kana’an yang teraskan anjing pramuria
Beri celah antara kerancuan dan kitab tercabul melebur zina
Bagi Tuhan yang bahkan masih bisa tertidur dan menangis ketakutan
Bacakanlah doktrin itu Ibu, Dogma tritunggal yang membohongi fakta
Hingga misteri laki-laki yang bersinar dari pegunungan Paran
Generasi cahaya Robbani dari revolusi suku Edar
Dan mimpi Yesaya atas kedatangan pasukan onta
Maka aku bersaksi Ibu, Diatas ketulusan hati ini
~ Bahwa tiada Tuhan selain Alloh, dan nabi Muhammad itu utusan Alloh ~
By : Thufail Al-Ghiffari